Sistem pendidikan nasional terdiri atas tiga subsistem yaitu subsistem pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Semua subsistem ini berkaitan dan saling menopang antara satu dengan yang lainnya. Setiap subsistem memiliki kedudukan yang sama dalam sistem pendidikan nasional.
Pendidikan nasional membina dan mengembangkan subsistem pendidkan formal, nonformal dan informal. Pendidikan nonformal, menurut The South East Asian Ministery of Education Organization (melalui Sujdana, 2004: 46) , adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang di dalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan di luar subsistem pendidikan formal, sehingga seseorang atau kelompok memperoleh informasi, latihan, dan bimbingan sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya. Tujuannya ialah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, ketermpilan dan nilai-nilai yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan serta secara efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya, pekerjaanya, masyarakat, dan bahkan negaranya. Satuan pendidikan nonformal meliputi kelompok belajar, kursus, dan satuan pendidikan yang sejenis. Atau lebih singkatnya menurut Coombs (melalui Sudjana, 2004: 22) adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
Sehubungan dengan Tri-Pusat Pendidikan yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal, mengisyaratkan bahwa program pendidikan formal berpusat pada lingkungan sekolah dengan satuan sejak taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Program pendidikan nonformal berpusat pada lingkungan masyarakat dan lembaga dengan berbagai jenis pendidikan antara lain pendidikan umum, pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan. Pendidikan informal berpusat pada keluarga dan lingkungan kegiatan belajar secara mandiri. Dengan demikian pusat kegiatan pendidikan terjadi dalam lingkungan sekolah, masyarakat/lembaga, dan keluarga. Pendidikan nonformal dan pendidikan informal tersebut menjadi wilayah kajian dari garapan pendidikan luar sekolah.
Garapan pendidikan luar sekolah berpusat pada lingkungan masyarakat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan luar sekolah (Sinombing, 2001: 53) adalah:
a. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan luar sekolah.
b. Kesediaan mendengar suara masyarakat.
c. Kelenturan program pembelajaran yang selalu siap disesuaikan dengan kebutuhan calon warga belajar.
d. Keanekaragaman program pembelajaran
e. Program pembelajaran yang tidak dirancang untuk mengejar ijazah tetapi untuk kebermaknaan bagi masyarakat.
f. Kurikulum dikembangkan sesuai kebutuhan warga masyarakat.